Suatu hari di sebuah taman yang indah, seorang guru yang sedang membimbing murid-muridnya yang masih kelas 3 SD itu untuk belajar dari alam.Setelah para murid dirasa sudah cukupmenikmati indahnya bunga-bunga berbagai bentuk dan warna, ibu guru pun menyuruh murid-muridnya untuk mengeluarkan alat tulisnya dan menggambar pemandangan alam yang mereka lihat. Setelah selesai dengan tugas pertama itu, dilanjutkan dengan tugas yang kedua yaitu semua murid diminta untuk menuliskan semua impian-impian mereka jika sudah besar kelak di secarik kertas.
Satu per satu siswa diminta untuk membacakan impian-impian mereka.Hingga sampailah giliran seorang siswa yang membacakan 5 impiannya dengan tulisan yang tidak terlalu bagus.Dengan mantap sang anak membacakan satu per satu impiannya jika sudah besar kelak.Namun setelah membacakannya, sang guru mengomentari impian sang anakyang dikenal hiperaktif dan sulit diatur itu.Salah satu impiannya yaitu ingin mempunyai rumah mewah dan megah seperti rumah indah yang terletak tidak jauh dari tempat mereka semua berkumpul."Aneh-aneh saja kamu.Mana mungkin orang seperti kita mempunyai rumah sebesar itu, ganti saja impianmu itu.Jangan membuat impian yang tidak mungkin di capai." ungkap sang guru.Namun, sang anak hanya terdiam, tetap pada keyakinannya bahwa apa yang ia telah tuliskan suatu saat nanti satu per wsatu akan terwujud, kejadian itu sangat membekas dalam memori sang anak.
30 tahun setelah kejadian tersebut, seperti biasa sang guru yang telah berumur itu meluangkan waktu untuk membawa seluruh muridnya yang masih kelas 3 SD untuk mengunjungi tempat yang sama seperti 30 tahun silam.Tiba-tiba seorang anak SD yang takjub dengan rumah indah yang bertengger megah tidak jauh dari tempat mereka berada mengajak serta teman-temannya untuk mendekati dan masuk ke dalam rumah besar dan mewah tersebut, tiba-tiba terdengar suara yang memanggil sang guru dan anak-anak tersebut, ternyata sumber suara dari arah rumah megah tersebut."Tidak apa-apa bu, biarkan mereka kemari.Saya sudah siapkan makanan enak untuk mereka semua" sapanya.Sang guru pun terkejut, namun karena sudah terlanjur diminta, maka sang guru beserta 30 orang siswa-siswinya pun datang menghampiri arah suara tersebut.
Pada jarak 5 meter dari lelaki yang gagah tersebut, lelaki tersebut malahan bergegas meraih tangan sang guru dan mengecup tangannya sambil berkata " Assalamualaikum bu, masih ingat dengan saya, murid ibu yang 30 tahun lalu bermimpi untuk memiliki rumah dekat taman itu.Alhamdulillah berkat kehendak Allah dan doa restu ibu impian saya untuk membangun rumah dekat taman itu terwujud.Mari bu, ajak anak-anakhebat itu masuk ke dalam.Sudah saya siapkan makanan enak untuk kita semua." Terkejut sekali hati sang ibu guru.Terbesit perasaan bahagia dan bangga bahwa ada seorang siswanya yang mengiangat dirinya.Namun perasaan bersalah dan menyesal pun tumpah ruah dalam sanubarinya karena 30 tahun yang lalu melarang sang anak untuk bermimpi mempunyai rumah seperti yang ia dapatkan saat ini (Dikutip secara bebas dari audiostory Andrie Wongs)
Hikmah yang dapat kita peroleh dari cerita di atas adalah boleh jadi apa yang kita liaht pada diri seseorang hari ini berbeda dengan apa yang akan terjadi pada dirinya beberapa tahun mendatang, tidak ada hak sedikitpun bagi kita untuk menghalangi mimpi seseorang, dan teaching point lainnya yaitu IQ tidak selalu menjadi dasar kesuksesan seseorang, bahkan dalam cerita diatas, betapa EQ anak tersebutlah salah satu faktor penentu sang anak mendapatkan rumah yang diimpikannya 30 tahun silam.
Diambil dari buku Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses, pengarang Setia Furqon Kholid.